Selasa, 18 November 2014

 Saya Setelah membaca buku salah satu karya Asmaraman S Kho Ping Hoo, seorang teman bertanya : Apakah 
ada Muslim di Tibet? Sangat sulit mencari teks, atau buku-buku yang berkisah tentang eksistensi Muslim di Tibet. Kho






Ping Hoo hanya memberikan sedikit informasi. Ia bercerita tentang seorang pendekar Muslim dari Tibet yang berkalana ke daratan Cina. Dikisahkan, si pendekar bertarung dengan banyak jagoan lainnya. Tidak ada informasi yang mengidentifikasikan sang pendekar, apakah orang Tibet asli, keturunan Cina, atau berasal dari Kashmir.

Cerita tentang Muslim Tibet hanyalah satu dari sekian kisah yang terangkum dalam buku ini. Seperti terbitan pertama, buku ini juga merupakan kumpulan artikel dalam rubrik Dunia Islam di Harian Umum Republika. Berbeda dengan buku sebelumnya yang mengupas kehidupan Muslim di negara-negara Eropa, kali ini seri Dunia Islam berisi rangkuman artikel tentang kehidupan Muslim di beberapa negara dalam benua Amerika dan Cina, termasuk Tibet, wilayah yang dianeksasi pemerintah Cia pada tahun 1950.

Mengapa Amerika dan Cina yang dipilih? Mayoritas penduduk di benua Amerika dan Cina bukanlah Muslim, Sebagian kelompok minoritas, umat Islam kerap kali harus mengalami perlakuan diskriminatif, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Di Cina misalnya, ada sebuah komunitas Muslim yang kaum mudanya nyaris tidak pernah menjalankan shalat lima waktu -- kecuali Idul Fitri dan Idul Adha -- karena proses "pemarjinalan" agama dalam sistem komunisme yang diterapkan pemerintah Cina.

Sementara itu berbagai peritiwa ketidaknyamanan harus dihadapi kaum Muslim di Amerika Serikat, yang menunjukkan wajah "garang" pasca tragedi WTC. Disisi lain, sebuah data mencatat pertumbuhan cukup pesat jumlah pemeluk Islam di negeri Paman Sam ini. Bahkan melebihi laju pertumbuhan umat Yahudi, yang lobinya sangat berpengaruh dalam politik AS. Dalam sebuah tulisan di buku ini, digambarkan betapa pentingnya meningkatkan posisi politik Muslim AS dalam pemilu, dianalogikan seperti membangunkan "raksasa" tidur.

Membaca semua isi buku, kita mungkin bisa mengambil kesimpulan betapa Islam adalah agama perjuangan. Tidak hanya bagi segelintir masyarakat Tibet, tapi juga bagi sekian juta Muslim Xinjiang dan Hui di Cina. Masing-masing minoritas Muslim mencatat sejarah perjuangannya sendiri, karena mereka tahu dunia terlalu abai dengan nasib mereka. Sementara di benua Amerika. Muslim masih harus terus berjuang untuk menjadi sebuah entitas berpengaruh dalam perjalanan politik suatu negara



Mungkin itu saja yang saya dapat dari buku tersebut , lebih dan kurangnya mohon di maafkan , salam sukses untuk kita semuaa , saya Muhamad Wahyu Azahari murid dari SMK Itaco , Wassallam :)


0 komentar:

Posting Komentar

    Unordered List

    Sample Text

    Just For You

    Popular Posts

    Recent Posts

    Text Widget